07 Februari 2011

STOP GLOBAL WARMING

OLEH : RIFQI K. ANAM

A. Masyarakat Beresiko

Sepanjang sejarah kehidupannya, manusia sebagai makhluk hidup selalu menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yanhg dialami manusia sudah ratusan bahkan ribuan, semua itu dihadapi dengan struggle for life yang sangat keras, tetapi setelah manusia menaklukkan tantangan yang diberikan alam kepadanya, manusia dihadapkan masalah yang terintegrasi dari pola kehidupan manusia (intern) dan alam (ekstern) salah satunya adalah pemanasan global (global warming)

Pemanasan global adalah fenomena alam yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan bumi sekitar 0,7° C dibandingkan suhu permukaan bumi dalam kurun puluhan waktu sebelumnya. Fenomena pemanasan global ini dianggap menjadi biang dari berbagai perubahan iklim global, kekeringan, kebakaran hutan, banjir, pencairan es di kutub bumi serta banyak hal lain yang di prediksi akan mengancam kelngsungan hidup umat manusia.

Fenomena pemanasan bumi dapat diibaratkan efek rumah kaca (green house effect). Dimana suhu didalam rumah kaca naik karena mendapat energi panas dari konversi sinar matahari ketika menatap permukaan padat tidak dapat keluar karena terhalang kaca. Dalam pemanasan global panas dari sinar matahari yang mengenai permukaan bumi terhalang oleh lapisan udara yang semakin pekat karena gas-gas buang hasil pembakaran dan pencemaran.

[1]Menurut temuan Intergovernmental panel and climate change (IPPC). Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara diseluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB. Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general dampak pemanasan global juga oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbondioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.

Dengan berbagai masalah yang menerpa, muncullah kepedulian bahkan kekhawatiran akan terjadinya berbagai kemerosotan dan kecenderungan menurunnya kualitas sumber daya yang merongrong survival umat manusia maupun kualitas lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi berbagai kemelut yang melanda kehidupan ini adalah tentang esensi pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan harus didukung dan dijamin kesinambungannya. Juga perlu ditingkatkannya peranan pendidikan dalam menyebarluaskan gagasan itu sebagai upaya mendasari pelaksanaan bagi kehidupan sehari-hari.

B. Sumber Masalah

Lingkungan yang semakin rusak, disebabkan adanya eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber-sumber alam yang mengakibatkan hilangnya salah satu entitas penting dalam suatu sistem kehidupan yaitu hutan. Hutan mempunyai fungsi klimatologi yang penting, khususnya dengan penyerapan karbon dioksida dalam proses fotosintesis sekaligus pelepasan oksigen dalam proses yang samayang menahan kembali sinar infra merah yang merupakan panas dari sinar matahari yang memantul kembali dari permukaan bumi. Dengan demikian, suhu bumi telah mengalami evolusi penyesuaian dengan suhu itu. Karbon dioksida sebagai bagian terbesar dari gas kamar kaca karena berasal dari industri, transportasi, dan lain-lain.

Semua dampak yang disebabkan pemanasan global adalah akibat keserakahan manusia dimana orientasi kepada alam bukan diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia melainkan dinilai semata-mata alat pemuas kepentingan manusia.

Paham yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang memiliki jiwa sedangkan alam hanya alat untuk menggapai kesejahteraan manusia adalah disebut paham antroposentrisme.

Paham antroposentrisme sangat erat kaitannya dengan masyarakat saat ini yang terkandung dalam industrialisme, Menurut Rachmad K Dwi Susilo (2007) paham ini tumbuh subur dikarenakan beberapa hal yaitu antara lain :

Pertama, Paham antroposentrisme menjadi bagian interaksi antara manusia dengan lingkungan tidak terlepas dari rasa percaya diri manusia yang berlebihan

(over confidence). Hukum – hukum alam dikesampingkan dan manusia selalu berubah dan tidak terbatas.

Pandangan manusia mengenai alam adalah terbentang luas dan tak akan habis.Manusia memiliki pandangan ini sehingga sekalipun lingkungan terus menerus dieksploitasi tetap tidak akan berkurang atau akan dengan sendirinya membaik kembali.

Kedua faith in technology adalah keyakinan yang mengilhami segala sesuatu dapat diselesaikan dengan bantuan tekhnologi. Tekhnologi telah menghadirkan pemenuhan kebutuhan dengan cara instan dan bersifat masal.

Dengan ditemukannya tekhnologi diyakini masyarakat modern mampu mengeksploitasi, mengolah dan mengkonservasi lingkungan secara optimal. Dan bahkan manusia meyakini tekhnologi mampu menyelesaikan dampak – dampak negative yang dihasilkan masyarakat beresiko, contohnya tekhnologi kontruksi pembangunan tahan gempa dan alat deteksi tsunami adalah membuktikan keampuhan tekhnologi itu.

Ketiga, growth ethic, yakni etika ingin maju terus. Pada awalnya terkait dengan etika agama yang mengharuskan pemeluknya untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan hidup. Perkembangannya pada era modern merubah pemikiran manusia dalm kaitannya dengan ethos. Selain keberhasilan ethos ini diukur melalui keberhasilan melainkan diukur dari prestasi kerja yang dihasilkan dan keberhasilan mengumpulkan kekayaan material atau dalam bahasa yang umum sebagai akumulasi materiil.

Adanya industrialisasi dan modernisasi dengan kompleksitas perubahan yang mengiringinya menyebabkan pergeseran dalam peran. Karena itu demi menuruti kemauan industrialisasi, sumber daya alam yang bersifat pasif tadi dieksploitasi secara besar-besaran. Semakin berhasil manusia mengendalikan hidupnya. Semakin banyak pula, pendapatan yang diukur dari material income tadi didapatkan.

Keempat, materialism, yakni, kemoderenan diukur dengan tindakan – tindakan konsomsi yang dilakukan manusia. Konsumsi bukan lagi sekedar sebagai sarana untuk bertahan hidup atau menjaga kelangsungan hidup manusia, tetapi justru konsumsi berubah menjadi pola hidup. Konsumsi dianggap gaya hidup baru yang diyakini sebagai salah satu simbol dari kemodernan. Akibatnya, konsumsi menjadi semacam candu yang tidak bisa dikendalikan sehingga Negara maupun masyarakat berlomba – lomba mencari sumber – sumber material untuk memanjakan nafsu mereka.

Kelima, individualism, yakni sikap dan keyakinan dengan menekankan dorongan personal tanpa memikirkan kepentingan dan kerugian dari pihak lain. Sekelompok masyarakat yang memiliki hak mengelola dan hak mengatur alam tidak jarang menyebabkan watak indiviualisme berkembang subur.

Bentuk – bentuk keserakahan semacam ini akan lebih membuat manusia teraktualisasi pada kepentingan dan keberhasilan dirinya sendiri. Akibatnya, tidak jarang jika kelompok masyarakat yang sebenarnya tidak melakukan perusakan lingkungan tetapi justru mereka yang ikut menanggung akibatnya.

Pada akhirnya lingkungan mulai rusak dan tidak terselamatkan. Fenomena ini disertai dengan entropi (turunnya keteraturan) yang berdampak pada pencemaran sehingga lingkungan tidak terselamatkan lagi.

C. Tawaran Solusi

Konsep siklus kehidupan dialam berdasarkan keseimbangan alam denagn manusia sehingga tercipta keharmonisan antara keduanya. Manusia sebagai makhluk yang diberi akal memiliki tanggung jawab melestarikan alam sehingga manusia dan alam dapat berjalan selaras. Tetapi,manusia denagn segala tekhnologi yang dimiliki justru dapat menimbulkan berbagai ketimpangan dan kesenjanagan pada alam karena manusia sering kali memperturutkan nafsunya agar alam mengikuti apa yang dimaui oleh manusia sehingga alam dimanipulasi melebihi daya dukunngnya. Oleh karena itu menghadapi fenomena ketamakan serta kerakusan manusia, munculah kepedulian bahkan kekhawatiran akan meningkatnya kerusakan seperti efek – efek pemanasan global yang nantinya akan merongrong survival umat manusia dan lingkungan.

Kepedulian terhadap krisis lingkungan diaktualisasikan dengan melakukan langkah-langkah kongkrit mengurangi dampak pemanasan global. Langkah arif dalam merancang keberlanjutan lingkungan haruslah menjadi buah kesadaran dari semua pihak sehingga dalam pelaksannannya muncul komitmen bersama dalam melanjutkan keberlangsungan ekosistem yang ada.

Pada tataran phraksis merancang keberlanjutan lingkungan menurut Rachmad K Dwi Susilo (2007) adalah sebagai berikut :

Pertama, Melembagakan kembali kearifan-kearifan lokal tradisional. Dalam pemanfaatan hutan, tanah dan dan air masyarakat tradisional memiliki empati yang sama atas tanah-tanah mereka. Mereka mempunyai aturan-aturan tradisional mengenai alam di lingkungan mereka. Misalnya membagi hutan dan tanahnya untuk perkampungan, dusun, lahan perladangan, rimba larangan dan sebagainya.

Produk Pengetahuan yang diturunkan oleh nenek moyang kita ini, sesungguhnya terbukti lebih ramah lingkungan dibandingkan produk – produk yang dihasilkan oleh pabrik yang notabene berbahan kimia. Misalnya pemberantasan hama menggunakan obat pemberantas hama seperti DDT dan endrin menghasilkan bentuk bentuk perubahan perubahan lingkungan fisik dan secara ekologis mematikan jasad – jasad renik yang dibutuhkan oleh alam secara lebih baik. Kondisi ini, tidak akan sama apabila, bertananam dengan pola mina pada, yakni menyebar benih ikan (seperti ikan emas, tawes, dan nila) di lahan sawah. Ikan-ikan bisa mencegah serbuan wereng yang menyerang pangkal batang padi dan pastinya lebih aman terhadap kondisi lingkungan.

Demikian juga dengan kegiatan sehari – hari selalu diawali dengan upacara atau dengan persyaratan tertentu. Semua kegiatan tersebut pada hakekatnya mengacu pada upaya agar habitatnya dan ekosistemnya tidak rusak.

Kearifan yang dimiliki masyarakat tradisional menunjukkan bahwa dalam mengeksploitasi sumber daya alam tetap mengacu pada kaedah – kaedah kelestarian lingkungan hidup. Dan didalamnya terdapat konsep punishmet terhadap para pelaku perusak sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Sebagai generalisasi dari seluruh tradisi pelestarian lingkungan, aktivitas pemeliharaan lingkungan yang telah terlembaga terbukti lebih mampu ”melayani” kehendak alam secara lebih baik. Mereka lebih mampu menghormati alam, sekalipun mengandalkan pada corak berpikir tradisional, mereka bisa mendapatkan kearifan kearifan ekologis dengan menginterpretasikan kekayaan – kekayaan yan terdapat di alam semesta.

Kedua, mewaspadai modernisasi dan kemunculan masyarakat beresiko, banyak kalangan menyatakan bahwa saat ini masyarakat sedang menuju masyarakat modern yang tentunya berbeda dengan karakter masyarakat sebelumnya.Pada masyarakat modern telah mempercayai tekhnologi sebagai satu – satunya alat yang bisa memberikan kemudahan bagi masyrakatnya. Perbedaan masyrakat modern dan masyarakat pramodern, sebagai berikut:

1. Perkembangan masyarakat dibawah kendali ilmu tekhnologi dan pemikiran rasional yang ditandai mc donaldisasi masyarakat yang berintikan kerangkeng besi rasionalitas. Manusia rasional sudah mampu mengedaliakn alam dan tidak lagi menyandarkan senagian besar hidupnya pada hukum – hukum alam dan kekuatan transenden.

2. Perkembangan pesat masyarakat menuju globalisasi, baik globalisasi ekonomi maupun globalisasi budaya,wilayah (teritorial ) tidak lagi menjadi halangan bagi masyarakat dalam melakukan mobilitas ekonomi, interfensi politik maupun perkembangan globalisasi itu sendiri dalam hal tekhnologi.

3. Sebagai akibatnya, gerak dan corak hidup masyarakat tidak mungkin dijelaskan dalam skup nasional melainkan secara menglobal, bisa jadi lintas teritorial dan lintas geografis.

Persoalannya, bagi yang tidak bisa mengikuti efek dari globalisasi tersebut sehingga manusioa harus mengahadapi resiko – resiko yang diproduksi dan merupakan semacam ”cacat ” bawaan dari globalisasi adalah masyarakat beresiko(The risk Society)

Weber menyatakan bahwa Masyarakat nantinya akan terkungkung pada rasionalitas murni,sedangkan Anthoni Giddens menyatakan bahwa masyarakat modern terkait dengan resiko.

Gagasan resioko yang dikemukaan giddens tidak hanya berrkembang pada masyarakat modern saja tetapi pada masyarakat modern tipologi resiko yang dihasilkan lebih bersifat buatan ( Manufacture risk). ynag disebabkan pesatnya perkembangan teknologi dan industrialisasi.

Ulrich Beck menyatakan bahaya yang dihadapi masyarakat beresiko terrindikasi menjadi tiga garis besar, krisis ekologi mempunyai dampak yang sangat besar. Misalkan Pemanasan Global sebagi resiko yang tidak kelihatan dan bersifat jangka panjang yang disebabakan memanfaatkan lingkungan secara berlebih. Oleh sebab itu kita sebagai penghuni ekosistem ”perahu”harus memiliki kepedulian untuk menjaga lingkungan dari eksploitasi korporasi modal.

Ketiga, mengkampanyekan Sustainable Development, Upaya yang sangat diharapkan dari manusia sebagai pemberlanjut lingkungan adalah gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan. Secara sederhanm menurut Fritjof Capra, bahwa masyarakat berkelanjutan adalah masyarakat hyang dapat memnuhi kebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan generasi – generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka (Fritjof Capra dalam Rachmad, 2007 : 112).

Sebenarnya konsep keberlanjutan lingkungan bukan merupakan gambaran kondisi lingkungan sekarang melainkan sebagai nasihat moral penting dalam menjaga keberlangsungan lingkungan global.

Sebagai bagian yang saling terkait; laju pembangunan memang harus di kendalikan, sebab jika tidak ia bukan menjadi cameningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi, justru yang terjadi justru menghasilkan kesusakan –kerusakan bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Pembangunan tentunya juga harus melihat bagaimana pada masa mendatang pembangunan tersebut dapat dilakukan terus – menerus. Dengan catatan bahwa pembangunan yang dilakukan berkesinambungan untu kemudianjuga bermanfaat dan dapat dirasakan oleh para generasi penerus. Oleh sebab itu, keberlanjutan dari proses pembangunan yang dilakukan, selain adanya pertumbuhan ekonomi, pemerataan, keadilan sosial, juga harus memperhatikan lingkungan alam. Artinya, pembangunan haruslah menjadi siklus hidup untuk mengupayakan kesejahteraan setiap generasi.

Terdapat dua hal yang sangat penting dalam pembangunan berkelanjutan, yakni daya dukung sumber daya alam dan solidaritas transgenerasi dimana mengajarkan pada kita agar adil atas masa depan umat manusia. Karena itu, pembangunan berkelanjutan harus bisa memenuhi kebutuhan kita sekarang dengan tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Langkah – langkah kongkrit mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan mengurangi efek pemanasan global berdasarkan paradigma sustainable development antara lain :

1. mengubah kebiaasaan yang bisa mengurangi kadar gas karbon dioksida supaya

tidak melebihi ambang batasnya.

2. Cukup memakai listrik seperlunya

3. Menanam pohon supaya terjadi pergantian karbon dioksida dengan oksigen.

4. Memilih alat rumah tangga atau alat elektronik yang hemat energi.


Daftar Pustaka

Susilo Dwi K Rachmad. 2007.Sosiologi Lingkungan. Malang. UMM Press

Ward, Barbara & Rene Dubos. 1972. Only One Earth, New York. Norton

Sunyoto, Usman. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat. Pustaka

     Pelajar Masyarakat






Tidak ada komentar:

Posting Komentar