03 Februari 2011

PERCIKAN PEMIKIRAN HEGEL

OLEH : RIFQI K. ANAM
Konteks dalam pendahuluan ini adalah mengenai latar sosio-historis dan filsafat Hegel, kita mulai dari sosio-historis yang melatar belakangi idealisme Hegel yaitu kondisi Jerman pada abad-17 yang mengalami kemerosotan moral yang disebabkan despotisme1. despotisme yang hampir terjadi di semua wilayah dibantu dengan kekuatan militer semakin menyengsarakan rakyat.
Pada abad yang sama terjadi revolusi di perancis yang tidak hanya menghapuskan absolutisme feodal, menggantikannya dengan system politik kelas menengah juga memberikan hak manusia untuk hidup tidak tergantung otoritas eksternal melainkan pada aktifitas rasionalnya sendiri yang merdeka.konsep rasio (reason) mempunyai kedudukan sentral dalam filsafat Hegel. Ia berpendapat bahwa pemikiran filsafat tidak mensyaratkan sesuatu di luar jangkauannya, bahwa sejarah berhubungan dengan rasio, bahwa sejarah berhubungan dengan rasio dan hanya dengan rasio, dan bahwa Negara adalah perwujudan dari rasio. Namun demikian, pernyataan ini tidak dapat dipahami jika rasio ditafsirkan sebagai konsep metafisik murnikarena ide Hegel tentang rasio, meskipun dalam bentuk idealistiknya, mencakup barbagai upaya material untuk membangun tatanan kehidupan yang bebas dan rasional.
Seperti yang dikatakan Hegel mengenai perkembangan rasio “Tidak ada yang bisa disebut rasio jika bukan hasil dari pemikiran”. Manusia perlu membentuk realitas menurut tuntutan pemerintah rasionalnya yang bebas, bukannya mengakomodasikan pemikirannya dengan tatanan yang ada serta nilai-nilai yang mapan. Manusia adalah makhluk yang berpikir. Rasio memungkinkan manusi untuk menyadari potensinya.
Menurut Hegel, Revolusi perancis menggemakan kekuasaan rasio di atas realitas. Oleh karena itu jerman-pun harus lebih meningkatkan penggunaan rasio untuk melakukan perubahan sosial yang ada. Rasio manusia akan mengarahkan realitas merupakan gagasan pertama yang dikumandangkan Hegel berkaitan analisa keadaan sosial masyarakat jerman pada masa itu.
Namun demikian, implikasi yang segera ditunjukkan keberadaan penggunaan rasio berlebih adalah rasio menjadi dogma baru yang tidak didukung jalannya sejarah. Karena keterlalu yakinnya hegel pada rasio sehingga beliau menyatakan “potensi yang disebut manusia dengan dirinya, berada di atas kematian dan kehancuran,…mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Ia memproklamirkan diri seagai rasio. Kemampuannya membuat hokum tidak tergantung pada lainnya, ia juga tidak bias mengambil standarnya dari otoritas lain yang ada di bumi dan langit(halaman6).”
Latar filsafat Hegel bersumber dari Descartes yang mengagunggan penggunakan rasio/nalar dalam melakukan adaptasi terhadap alam sehingga menjadi pemilik alam. Filsafat Hegel dengan demikian, adalah suatu system yang memasukkan semua dunia ada (world of being) di bawah ide rasio yang bersifat mencakup keseluruhan. Dunia organic dan anorganik, alam dan masyarakat, disini berada di bawah otoritas rasio.
Filsafat Hegel adalah filsafat negatif, filsafat ini didorong oleh keyakinan bahwa fakta-fakta yang telah ada, yang hadir dihadapan akal sebagai indeks positif dari progresifitas kebenaran, yang dipertanyakan disini adalah negasi dari kebenaran yang dianut positifitas ini, kebenaran dibangun dengan menghancurkan fakta-fakta positif ini. Kekuatan penggerakdari dialektika hegel adalah pada kritis terhadap kondisi masyarakat. Dialektika dalam segala konsepsinya terkait dengan semua bentuk wujud yang diserap oleh suatu negatifitas yang esensial, yang menentukan isi dan gerakan bentuk-bentuk tersebut.
Filsafat hegel menunjukkan lima tahap perkembangan yang berbeda-beda:
  1. Periode dari tahun 1790-1800 menandai upaya-upaya untuk merumuskan dasar relijius bagi filsafat. Dicontohkan kumpulan tulisan pada periode ini, Theologische Jugendschriften.
  2. 1800-1810 adalah masa-masa perumusan stand point filsafat Hegel dan minatnya melalui diskusi kritis tentang system filsafat kontemporer, terutama system yang dikembangkan oleh Kant, Fichte, dan Schelling. Karya utama pada periode ini adalah differenz des Fichteschen und Schellingschen Systems der Philosophie, Galuben und Wissen.
  3. Tahun 1810-1816 ia mambangun system Jenenser, benih dari keseluruhan system Hegel. Dengan karya Jenenser Logik und Metaphysik.
  4. 1807, publikasi Phenomenology of Ruh.
  5. Periode dari system Hegel terakhir, yang diawali sekitar tahun 1808-1811 di mana ia menullis Philosophische Propiideutik.
Menuju system filsafat Hegel (1800-1802) merupakan awal mengetahui perjalanan sejarah pemikiran Hegel menuju revolusi manusia. Konsep pertama yang digunakan Hegel dalam reinterpretasinya dialektiknya adalah rasio. Sebagai starting point filsafat Hegel melihat perbedaan pemahan dengan rasio dimana pemahaman adalah memahami dunia entitas yang terbatas, dibatasi prinsip identitas dan oposisi. Setiap benda identik dengan dirinya dan bukan dengan benda lain, menggunakan prinsip keberbedaan dari benda, karena adanya identitas diri, berbeda satu sama lain. Mekanisme pemahaman dengan demikian, membagi dunia menjadi polaritas tak berhingga, dan Hegel menggunakan refleksi yang terpisah (isolated reflection) untuk mensifati cara dimana pemahaman membentuk dan menghubungkan konsep-konsep kutubnya.
Berbeda dengan pemahaman , rasio digerakkan oleh kebutuhan ‘untuk menemukan kembali totalitas’. Ini dilakukan dengan menghilangkan kepastian semu yang berasal dari persepsi danmanipulasi pemahaman. Cara pandang pemikiran awam adalah cara pandang ‘ketidakperbedaan’ dan ‘kepastian’ dan ‘ketiadaperbedaan tentang kepastian’.
Hanya totalitas dari konsep-konsep dan kognisi yang merepresentasikan yang absolute. Oleh karena itu, rasio, sepernuhnya ada di hadapan kita hanya dalam bentuk ‘organisasi proposisi dan intuisi’ yang mencakup keseluruhan, yaitu, sebagai suatu system. Disini dalam karya awal Hegel yang pertama, ia sengaja menekankan fungsi negative dari rasio: untuk menumbangkan dunia pemikiran awam dan pemahaman yang bersifat pasti. Rasio mengacu pada ‘penihilan absolut’ dari dunia pemikiran awam. Karena, seperti telah diulas dalam bukunya bahwa penolakan terhadap pemikiran awam adalah awal dari pemikiran spekulatif.
Hegel merumuskan dialektikanya bahwa terdapat Triplizitiit bentuk sebenarnya dari pemikiran. Ia tidak menyatakan sebagai konteks kosong dari tesis, antithesis, dan sitesis, tetapi sebagai suatu kesatuan dinamis yang bertentangan. Ia adalah bentuk pemikiran sejatikarena itu adalah bentuk sejati realitas di mana setiap ada makhluk adalah kesatuan sintetis dari kondisi yang antagonis.
Daftar Pustaka
Marcuse, Herbert. 1969. Judul asli reason and Evolution Hegel And the Rise Of Social Theory (terjemahan Rasio & Revolusi menyuguhkan kembali Doktrin Hegel Untuk Umum) : . Yogyakarta. PUSTAKA PELAJAR.
1 Paham yang menganggap manusia tidak menjadi subyek dalam masyarakat dan semua keputusan mengenai banyak hal diambil berdasarkan teologi tanpa penggunaan rasio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar