03 Februari 2011

PASAR DINOYO DAN MANUSIA SATU DIMENSI

Manusia satu dimensi dalam tulisan ini adalah manusia telah terjebak pada satu dimensi rasionalitas. Berpikir seperti mesin. Segalanya Instrumentalisas dimana manusia dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai, digunakan, diperalat, dimanipulasi dan ditangani dan dibuang bila sudah tidak berguna. Benar-benar seperti menggunakan mesin. Pasar tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli tetapi juga ruang publik masyarakat golongan menengah ke bawah, dianggap tidak layak lagi oleh penguasa karena tidak terlalu menguntungkan akan digadaikan menjadi menara-menara menjulang sehingga menjadi homogenisasi kebudayaan yang katanya kebudayaan modern. Fokus analisis dari penelitian ini adalah masyarakat yang mengalami homogenisasi kebudayaan karena dominasi penguasa, dominasi yang yang terjadi dikarenakan pemimpin terjebak pada pola pikir teknologis yang hanya mengacu pada hasil yang terjadi muncullah watak-watak kalkulatif, ketika dirasa menguntungkan maka dilakukan dan bila tidak menguntungkan akan diabaikan, pemimpin meniadakan permasalahan ketika tidak menguntungkan, tidak mau tahu dengan keadaan yang lainnya dan cenderung untuk tidak peduli sama sekali dengan pergumulan yang sedang terjadi dalam masyarakatnya. Permasalahan disini adalah pemaksaan bentuk pasar berupa mall kepada pedagang pasar tradisional karena dianggap mengganggu lalu lintas kota.
Tidak ada lagi ruang bagi keunikan, semua ditangani berdasarkan rasionalitas yang tidak rasional karena semuanya merupakan paksaan tetapi indivu mentolerirnya dengan alasan modernisasi. Pasar tradisional menyimpan berbagai keunikan masyarakat tradisional, gameinschafft masyarakat yang guyub tidak lagi lagi dapat ditemui di dalam mall, tidak ada yang jual jamu keliling, tidak ada interaksi antar pembeli dan penjual karena semua harga sudah ditetapkan tanpa ada proses tawar menawan sangat is nothing.
Manusia menciptakan, memanipulasi dan memeralat benda-benda, alam serta mesin-mesin, untuk memudahkan hidupnya. Di saat yang sama, hal itu juga berlangsung di wilayah politik dansosial. Di sinilah manusia dan masyarakat tak terkecuali berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi. Oleh karena itu kita perlu mennegativkan kembali apa modernisasi itu selalu baik? Ketika semua menjadi satu dimensi modern, maka modern tidak ada artinya karena tidak ada tradisional. Modernisme pasti juga memiliki efek-efek bawaan yang negatif misalnya konsumerisme, oleh karena itu kita harus meninjau kembali identitas yang dianggap lebih baik dari identitas yang lain tidak bisa digeneralisasi malinkan terdapat perbedaan lokal yang menjadi keunikan. Sehingga tidak hanya terbentuk satu dimensi saja dari manusia dan masyarakat.
Manusia memiliki multi Dimensi dari yang paling mendasar, seperti manusia sebagai mahluk yang memiliki motivasi, kesadaran, kebebasan, agresi, dan sebagainya. Tetapi kemudian tercemari dengan pengingkaran multi deminsi manusia karena dimensi yang lain tidak bisa dikalkulasi yang muncul adalah Instrumentalisasi pemikiran. Teknologi mengkungkung manusia sehingga manusia berjalan sebagaimana mesin.
Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan modern yang a priori disusun sedemikian rupa sehingga mereka bisa melayani sebagai instrumen konseptual untuk alam semesta mendorong diri, kontrol produktif; operationalism teoritis datang ke sesuai dengan operationalism praktis. Metode ilmiah yang mengarah pada-lebih-efektif yang pernah dominasi alam sehingga datang untuk memberikan konsep-konsep murni serta sarana untuk-lebih-efektif yang pernah dominasi manusia oleh manusia melalui dominasi alam. Teknologi juga menyediakan rasionalisasi besar dari ketidakbebasan manusia dan menunjukkan "teknis" kemustahilan menjadi otonom, menentukan sendiri kehidupan satu. Ketidak bebasan munculk ketika politik dan ketidak rasionalan masyarakat muncul untuk memperbesar tenaga kerja. Teknologi rasionalitas sehingga melindungi daripada membatalkan legitimasi dominasi, dan cakrawala instrumentalis alasan terbuka pada masyarakat totaliter rasional:
Di sinilah manusia dan masyarakat tak terkecuali berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi. Selain instrumentalisasi, manusia juga terdominasi dengan istilah operasionalisasi. Permasalahan dalam bingkai teknologis ini hanya dapat diselesaikan jika operasional. Ketika terdapat permasalahan pedagang pasar dinoyo tidak setuju dengan penggusuran pasar, yang dilakukan pemerintah malah menganggap keluhan ini terlalu kabur. Karanenya perlu dioperasionalisasikan. Artinya, perlu diterjemahkan dalam situasi dan tingkah laku yang konkrit.berarti harus disediakan tempat baru yang layak, diberi suntikan modal, masalah atau kesukaran disingkirkan tanpa mengubah struktur masyarakat. Sistem tetap dipertahankan. Marcuse mengungkapkan, yang terjadi bukanlah manusia menindas manusia lainnya, golongan tertentu menindas golongan lainnya. Tak ada lagi orang atau golongan yang ditunjuk sebagai penindas. Melainkan terdapat suatu sistem totaliter yang menguasai semua orang, seluruh realitas alamiah dan sosial. Tak ada orang yang dapat memengaruhi sistem anonim itu. Sistem yang tampak dalam segala bidang ini, menonjolkan diri baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar