04 Februari 2011

MODAL SOSIAL SEBAGAI KATALIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN

OLEH RIFQI K.ANAM

Perusahaan memiliki dinamika dalam pengembangan industrinya sehingga pengelolaan sumber daya dalam sebuah perusahaan memiliki arti yang sangat signifikan, sumber daya dalam sebuah perusahaan terdiri dari sumber daya alam dan manusia, pengembangan dari sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan memiliki andil sangat besar sebagai investasi untuk peningkatan produktifitas. Produktifitas mengacu pada kinerja karyawan sehingga peningkatan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan merupakan suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.
Sumber daya terdiri dari sumber daya yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui, manusia merupakan sumber daya yang dapat diperbarui maka pembangunan manusia yang berkualitas merupakan investasi yang sangat besar bagi perusahaan. Sumber daya yang bersifat dapat diperbarui maupun tidak hakekatnya dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan di investasikan. Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal.
Modal social sangat penting abgi berhasilnya proses produksi karena dengannya akan sangat mungkin membentuk kelompok-kelompok yang erat sehingga mengurangi varietas mekanisme koordinasi formal seperti kontrak, hierarki, konstitusi, system hukum, dan semacamnya. Di sisi lain, norma-norma informal sangat besar mengurangi apa yang disebut ekonom sebagai biaya transaksi (transaction cost) seperti biaya pemantauan, kontrak, keputusan, dan pelaksanaan kesepakatan formal.
Meningkatnya modal social dalam sebuah industri akan mendorong berlanjutynya kehidupan industry dengan tatanan yang jauh lebih maju, dalam artian masyarakat bisa diandalkan untuk tetap menjaga komitmen, norma-norma saling menolong yang gterhormat, dan menghindari perilaku oportunistik, maka tterbentuk sebuah kelompok dimana kelompok tersebut akan mampu mencapai tujuan-tujuan bersama secara lebih efisien. sehingga meningkatkan nilai tambah pada diri karyawan ketika melakukan suatu pekerjaan mereka akan berperilaku kooperatif kepada sesama karyawan, karena diantara mereka terdapat kepercayaan sebagai efek dari norma-norma kooperatif yang memunculkan modal sosial
Francis Fukuyama dalam The Great Disruption: Human Nature and the Reconstitution of Social Order menjelaskan bahwa “Social capital can be defined simply as the existence of a certain set of informal values or norms shared among members of a group that permit cooperation among them. (Modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka).fukuyama menegaskan bahwa pentingnya kepercayaan yang mengakar dalam faktor kultural seperti etika dan moral. Trust muncul maka komunitas membagikan sekumpulan nilai-nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan lokal sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan lokal serta memainkan peran penting dalam manajemen lingkungan.
Dalam sebuah perusahaan terdiri dari kumpulan sejumlah manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan modal social karena dapat menunjang proses produksi. Ada hubungan erat antara modal social dengan tingkat kesejahteraan suatu industry. Kerjasama, hal ini merupakan perwujudan dari modal social, kerjasama tidak akan bisa terlaksan apabila tidak adanya suasana saling percaya, kepercayaan, hakekatnya dalam dirinya sendiri merupakan bukan buatan dari kebajikan moral, tetapi adalah akibat dari kebajikan; kepercayaan muncul bilamana norma-norma kejujuran dan kesediaan untuk saling menolong sehingga dengan kepercayaan menyebabkan “biaya transaksi” dan “biaya control” menjadi rendah, dan hasilnya kesejahteraan industri menjadi loebih baik karena kerjasama telah diaplikasikan oleh entitas dalam perusahaan tersebut.
Modal social yang rendah dapat terlihat dalam tatanan industry yang rasa saling percaya rendah, sehingga diperlukan alat control yang berlapis-lapis. Anggota industry sibuk memperjuangkan kepentingan sendiri dan tidak melihat visi organisasi. Bentuk industri seperti ini tidak melihat proses kreatif dari karyawannya karenaruang untuk saling emmberi sangat sempit dan setiat proses kreatif baru ditelorkan akan disikapi dengan curiga, yang gterjadi adalah sumber daya dan energy yang dimiliki industry banyak dihasilkan kepada usaha yang tidak menghasilkan keuntungan sehingga kesejahteraan karyawan menjadi turun pada tingkat ytang rendah. Ada beberap factor yang menurunkan “cadangan” modal social, antara lain factor sejarah, budaya, dan manajemen.
Percepatan industry tidak hanya melewati modal fisik semata, karena bila dikerahkan semua sinergi antara modal social maka akan tercipta kinerja yang luar biasa. Sebagaimana Putnam menyatakan Putnam (1995) dalam tulisan saeful rahmat Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringkerja, sehingga terjadi. Sebagai contoh, suatu kelompok yang anggota-anggotanya memperlihatkan rasa percaya dan sangat percaya satu sama lain akan mampu menyelesaikan masalah jauh lebih banyak dibanding dengan kelompok yang tidak memiliki rasa saling percaya.
Industri sangat membutuhkan modal social karena merupakan akses ke sumber informasi yang lebih luas sehingga akn meningkatkan kualitas, relevansi, serta ketepatan waktu untuk informasi yang diperlukan industri guna menunjang produksinya. Industri yang emmiliki cadangan modal social yang melimpah akan memiliki akses terhadap karyawan dengan luas ini menyebabkan industri lebih mudah mendapatkan dukungan dari karyawannya, ini dibuktikan dengan kerjasama antara industri dan karyawannya, industri yang memiliki interaksi baik dengan karyawan tentu akan dipercaya sehingga terbentuk kesamaan tentang visi misi organisasi. Pada gilirannya karyawan akan mementingkan pekerjaan demi kepentingan bersama. karyawan-karyawannya akan menerima setiap saran atau pendapatnya dengan baik. Bahkan meskipun tidak diminta, karyawan akn dengan senang hati melakukan pekerjaan yang bukan ranah kerjanya.
Suatu perusahaan dikelola berdasarkan prinsip organisasi struktural tetapi unsur-unsur kekeluargaan lebih dimunculkan, meskipun terdapat aturan yang bersifat formal tetapi mengutamakan hubungan social dari pada hubungan kerja yang bersifat hierarkis, modal social yang dimiliki yaitu berupa hubungan-hubungan seperti kerjasama dan kebersamaan menjadi sesuatu yang terus dipupuk dan dikembangkan untuk kemajuan perusahaan. Jadi meskipun secara structural masih terdapat perbedaan status dan peran tetapi dalam bekerja karyawan lebih di kedepankan aspek kerjasama ini karena para pimpinan disana tidak melihat individu lain dari posisis tetapi melihat sebagai patner dan keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh pimpinan tetapi karna kerjasama semua entitas yang ada disana.
Perusahaan memiliki modal social yang cukup melimpah sehingga hierarki yang terdapat didalamnya tidak begitu mencolok karena hubungan yang terbangun bukan hubungan secara hierarkis namun mengarah kkepada hubungan kekluargaan, sehingga antara pimpinan dan karyawan lebih sering bekerja, sehingga antara pimpinan dan karyawan dalam bekerja tidak terlalu melihat masalah strata. Dengan adanya hubungan kekeluargaan membuat karyawan lebih produktif dalam bekerja dan dengan produktifitas karyawan yang semakin meningkat menjadikan kesejahteraan industri meningkat pula.
DAFTAR PUSTAKA
Fukuyama, F. 2002. The Great Disruption. Penerbit Qalam, Yogyakarta
Fukuyama, F. 2001. Trust: The SocialVirtues and the Creation of Prosperity, New York:
FreePress
Lawang R,M,Z. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik suatu pengantar. Fisip UI Press. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar