03 Februari 2011

MC DONALDISASI MASYARAKAT

OLEH : RIFQI K. ANAM
    McDonald menjadi awal Perkembangan industri pangan (food industry) dewasa ini, ditandai dengan menjamurnya berbagai restoran siap saji diseluruh penjuru dunia. Saat ini hampir tidak ada kota yang tidak disinggahi oleh McDonald’s. Hal ini merupakan bentuk dari hegemoni McDonaldisasi global yang mencengkram seluruh sendi-sendi kehidupan. Fenomena yang berkembang dalam masyarakat pasca diperkenalkan Mc Donald ternyata tidak hanya sebagai implikasi praktis dari kapitalisme tetapi juga menyerang pada tingkat kesadaran. McDonaldisasi memberikan kecenderungan terjadinya perubahan pola pikir individu menjadi individu yang kalkulatif segalanya dihitung berdasarkan prinsip efektivitas dan efisiensi. Semakin menggerus atau bahkan menegativkan nilai-nilai transendental maupun humanitas semuanya didasarkan pada rasional instrumental.
     Tulisan ini bermaksud merefleksi secara kritis prinsip Mcdonalds yang merupakan restoran makanan cepat saji menjadi prinsip lebih banyak sektor kehidupan di Amerika serta di pelbagai belahan dunia lain1 dimana terjadi proses penciptaan norma baru di masyarakat bahwa manusia membutuhkan segala sesuatunya berdasarkan prinsip kalkulatif, untung-rugi berdasar pertimbangan efektif dan efisien. Manusia dianggap sama seperti produk yang. Segalanya Instrumentalisas dimana manusia dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai, digunakan, diperalat, dimanipulasi dan ditangani dibuang bila sudah tidak berguna. Benar-benar berdasar prinsip efektif dan efesiensi dalam memandang hubungan antar manusia.
McDonaldisasi menjadikan manusia-manusia kalkulatif yang melakukan proses sosial atas dasar efektif dan efisien, sebagaimana empat Pilar McDonalds yang antara lain:
1. Efisiensi
2. Daya Hitung
3. Daya Prediksi, dan,
4. Kontrol
    Pengejawantahan dari pilar McDonaldisasi tersebut antara lain manusia modern memiliki sikap efisien artinya bagaimana individu harus melihat sebuah metode optimal bagi perolehan dari satu tujuan. Ini mengindikasikan rasional yang digunakan hanya rasional instrumental yang mentoleransi segala macam cara selama inti rasional. Daya hitung, manusia dilihat dari keberfungsiannya sehingga dipekerjakan seperti mesin dan ketika sudah tidak berguna akan dibuang. Daya prediksi disini berarti manusia selalu dibentuk mengikuti kondisi yang ada. Daya kontrol disini artinya manusia diperlakukan seperti mesin dengan kontrol teknologi yang melekat padanya dimana manusia keberadaannya disamakan dengan mesin seperti berapa jam bekerja? masuk kerja jam berapa? Dimana tanpa tanpa adanya proses dialektika antar manusia.
Pada saat yang sama dan dengan alasan yang sama, perusahaan ini rasional menghasilkan pola pikiran dan perilaku yang dibenarkan dan membebaskan bahkan merusak dan menindas banyak fitur dari perusahaan. Rasionalitas Ilmiah dan manipulasi bersama menjadi bentuk-bentuk baru kontrol sosial.
Kuantifikasi alam (termasuk manusia didalamnya), yang menyebabkan dominasi rasionalitas atas manusia dimana semua penjelasan didasarkan melalui struktur matematika, memisahkan realitas dari semua berakhir melekat dari padanya akibatnya, memisahkan benar baik rasional formal dan etika. Rasionalitas formal membuat orang menjadi memiliki sejumlah kecil pilihan sarana bagi pencapaian tujuan akhiryang terjadi pilihan masyarakat diarahkan kepada proses homogenisasi yang dianggap sebagai suatu bentuk pilihan optimal. Akhirnya yang muncul adalah Satu-Dimensi manusia yang seolah tidak mempunyai alternatif untuk melakukan hal yang lain dari yang ditawarkan dan ditetapkan secara totalitarianis (baca: menyeluruh). Sehingga yang muncul adalah watak-watak kalkulatif, ketika dirasa menguntungkan maka dilakukan dan bila tidak menguntungkan akan diabaikan, individu menjadi malas berpikir untuk hal-hal yang baru, acuh tak acuh, tidak mau tahu dengan keadaan yang lainnya dan cenderung untuk tidak peduli sama sekali dengan pergumulan yang sedang terjadi dalam masyarakatnya Masyarakat modern penuh dengan syarat, tuntutan, kewajiban atau keharusan. Manusia yang hidup di dalamnya seolah tidak punya alternatif lain, oleh karena itu ia hanya mampu untuk hidup dalam satu dimensi saja

1 Ritzer, G. 2002. Ketika Kapitalisme Berjingkrang, Telah Kritis Terhadap Gelombang McDonaldisasi. Hal. 2
 
Daftar Pustaka
Ritzer, Goerge. 2002. Ketika Kapitalisme Berjingkrang, Telah Kritis Terhadap Gelombang McDonaldisasi. Jogjakarta. Pustaka Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar