04 Februari 2011

KORELASI ANTARA GLOBALISASI KOMUNIKASI DENGAN POLA PERILAKU KOMUNIKASI MASYARAKAT DESA DAN KOTA

Oleh : RIFQI K.ANAM
Bagi sementara kalangan, era globalisasi ekonomi dan informasi ini, pembicaraan umumnya berkisar mengenai lenyapnya batas-batas teritorial, batas-batas negara dan bangsa, batas-batas kesukuan dan kepercayaan, batas-batas politik dan kebudayaan, yang pada waktu lalu dianggap sebagai hambatan dalam interaksi global. Oleh karena semua batas-batasnya lenyap maka yang terjadi adalah transparansi hampir di semua bidang, seperti jaringan transparansi informasi, transparansi komunikasi, transparansi ekonomi, juga transparansi budaya.
     Ketika batas antara satu unsur dengan lainnya hilang maka muncullah apa yang dinamakan orbitasi. Melalui orbitasi televisi maka informasi, tontonan, hiburan, kesenangan berputar dari satu stasiun ke stasiun lainnya, dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Orbitasi ekstasi melahirkan fantasi, halusinasi, ilusi yang berpindah dari satu sub kultur ke sub kultur yang lain, dari satu diskotek ke diskotek lainnya. Dan jangan lupa bahwa di dalam orbitasi itulah maka lahir anonimitas aktor, yaitu aktor yang tak dikenal identitasnya. Di dalam era globalisasi informasi sekarang ini, pandangan citra diri masyarakat kontemporer kita telah berubah jika dibanding dengan pandangan dunia para leluhur kita. Anak-anak muda sekarang terbiasa sekadar melihat objek dan citraan semata-mata, tanpa mampu melihat makna yang tersembunyi di balik objek dan pencitraan tersebut. Padahal, citraannya mengaburkan kapasitas kita bagi pembentukan eksistensi yang otentik, subjektivitas yang benar terhadap diri kita sendiri.
Isyarat dengan menggunakan alat seperti gong, tambur, sirene, dan lain-lain  mempunyai makna tertentu. Membunyikan gong di tengah malam di kampung-kampung di Timor atau di Sumba itu pertanda meminta pertolongan (ada perampokan, pencurian, ataupun kebakaran).Warna juga yang mempunyai makna tertentu dalam berkomunikasi di masyarakat. Warna putih selalu diidentikkan dengan ketulusan dan kemurnian. Warna hitam selalu dipertunjukkan untuk mengekspresikan kesedihan. Misalnya, sebagai tanda perkabungan.Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalarn komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalarn hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Alasannya, buku-buku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan” pemikiran tidak mungkin diganti oleh gambar, apalagi oleh lambang-lambang lainnya. Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer “tersebut, yakni lambang- lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang: (symbol).
Dengan adanya globalisasi komunikasi menjadikan masyarakat pedesaan dapat pula mengakses teknologi komunikasi seperti hand phone menjadikan masyarakat pedesaan mengalami pergeseran dalam perilaku komunikasinya yang semakin praktis dalam perilaku komunikasi antar sesama
Proposisi nilai atau disebut juga dengan proposisi rasionalitas menggambarkan bahwa semakin bernilai suatu tindakan orang maka semakin besar kemungkinan tindakan tersebut akan diulang-ulang agar tindakan tersebut lebih bernilai. Penggunaan media dalam berkomunikasi bisa dianggap lebih bernilai ekonomis dimana menghemat ongkos pertemuan tatap muka dan waktu, oleh karenanya handphone maupun internet dianggap lebih efektif dan efisien sehingga sangat fungsional secara ekonomi.
Proposisi deprivasi-satiasi mengandung pengertian bahwa semakin sering seseorang menerima ganjaran-ganjaran ynag istimewa maka ganjaran-ganjaran berikutnya semakin kurang bermakna karena terjadi kejenuhan. Proposisi persetujuan dan perlawanan mengandung pengertian sebagai berikut.
1. Jika tindakan seseorang tidak mendatangkan ganjaran (reward) sebagaimana dia harapkan atau sebaliknya, yaitu malah memperoleh hukuman yang tidak dia harapkan maka dia akan marah, melawan ataupun melakukan tindakan-tindakan agresif lainnya. Dan baginya, akibat yang timbul dari tindakan amarah atau tindakan brutal lainnya justru dianggap lebih berharga atau bermakna baginya, sekalipun sesungguhnya bisa merugikan.
2. Jika tindakan seseorang mendatangkan seperti yang dia harapkan atau bahkan lebih besar atau tidak mendatangkan hukuman sebagaimana dia duga dan harapkan maka dia akan merasa senang. Selanjutnya, semakin besar kemungkinan dia melakukan tindakan-tindakan, seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Dan tindakan tersebut dianggap sangat bernilai baginya.
     Perspektif pertukaran sosial lebih banyak menggambarkan saling manfaat yang bisa diperoleh dalam hubungan antara globalisasi komunikasi dengan pergeseran perilaku komunikasi masyarakat. Keuntungan atau saling manfaat yang diperoleh itu bersifat memberikan kemudahan dalam berkomunikasi tanpa harus selalu pertemuan tatap muka sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan ruang dan waktu. Meskipun di sisi lain mengakibatkan intensitas pertemuan secara langsung yang diharapkan lebih mempererat tali silahturahmi lebih tergantikan peran teknologi komunikasi sebagai media penyampai kabar.

DAFTAR PUSTAKA.

Ritzer, George. (1980). Sociology A Multiple Paradigma Science. Revised Edition. Allyn and Bacon, Inc.
Zamroni. (1992). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar