03 Februari 2011

DEKONTRUKSI RUANG PUBLIK

Oleh Rifqi. K. Anam
      Ruang publik yang normatifnya sebagai tempat partisipasi utama masyarakat di dalam proses pengaturan politik dan ekonomi adil. Apakah telah berjalan sesuai harapan? Apkah ruang publik kita saat ini hanyalah tempat dalam panggung pameran dagang dengan kepentingan ekonomis dan nilai ekonomis industri menggusurnya menjadi pasar dagang jual beli?
     Saat ini dapat di dirasakan, bahwa ruang publik kita pada dasarnya bukanlah milik masyarakat yang sesungguhnya. Ada esklusivitas dengan strata sosial yang berbeda telah menguasai ruang publik. Secara umum penguasaan ruang publik lebih didominasi oleh kepentingan kapital. Entah itu dengan bentuk legal, atau juga criminal, semuanya karena pertimbangan kapital. Misalnya seorang konglomerat dengan sangat mudah memfasilitasi ruang publik untuk menggiring masyarakat menghabiskan uangnya di ruang yang telah disediakan. Juga seorang penodong karena motif kebutuhan kapital, memaksa orang lain untuk menyerahkan harta yang dibawa.
     Selain untuk melihat peran posisi masyarakat luas dalam ruang public malahan dengan mudah menunjukkan apakah pemerintah mampu bekerja dengan baik atau tidak. Selain itu ruang publik juga menggambarkan bagaimana karakter dan budaya masyarakat secara umum. Ruang Publik yang sering dipahami oleh banyak orang adalah ruang yang disediakan untuk masyarakat. Sebagian besar beranggapan ruang tersebut adalah medium rekreatif. Orang dapat bersenang-senang di ruang tersebut tanpa kemudian memahami siapa yang berkuasa pada ruang itu. Pemahaman lama ini selayaknya harus cepat diubah, bahwa masyarakatlah yang menyiapkan ruang publik dan ada dalam kekuasaannya. Tentunya dalam hal ini tidak dengan serta merta mengabaikan peran pemerintah. Namun yang dimaksud, pemerintah harus dipaksa untuk mengikuti aspirasi masyarakat. Secara normatif, Habermas merumuskan ruang publik adalah bagian dari kehidupan sosial, di mana setiap warga negara dapat saling berargumentasi tentang berbagai masalah yang terkait dengan kehidupan publik dan kebaikan bersama, sehingga opini publik dapat terbentuk. Ruang publik ini dapat terwujud, ketika warga berkumpul bersama untuk berdiskusi masalah-masalah politik (Juergen Habermas:1989).Untuk memperkuat kepentingan masyarakat di ruang publik, perlu menjalin kembali kolektivitas masyarakat untuk berkumpul kembali secara informal inilah yang telah lama hilang di ruang publik, hingga situasinya menjadi seperti saat ini.

Daftar Pustaka
Habermas Jűrgen, 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere, An inquiry into a category of Bourgeouis Society translated by Thomas Burger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar